News Update :

Popular Posts

Rumah Adat Tokayan

Rumah Adat Tokayan adalah Rumah Adat Mamuju

Tedong Bonga

Tana Toraja tak cuma terkenal dengan budaya nya, daya tarik lain yakni adanya rumah dari kerbau termahal di dunia.

Rumah Adat Mamuju

Rumah raja mamuju dibangun tanpa menggunakan paku, tetapi menggunakan pasak untuk menyatukan balok-balok kayu

Baju Adat Toraja

Pakaian adat Toraja yang telah dimodifikasi dan dikenakan oleh duta Indonesia dalam ajang Manhunt International 2011

Wisata Kali Mamuju

Kawasan objek wisata permandian alam Kali Mamuju, Sulawesi Barat mulau dipadati pengunjung saat libur panjang

Ma'Badong: Upacara Kedukaan Tana Toraja

Selasa, 17 Januari 2012



Badong adalah sebuah tarian dan nyanyian kedukaan berisi syair dukacita yang diadakan di upacara (pesta) kematian di Tana Toraja, Sulawesi Selatan. Tarian Badong dilakukan secara berkelompok oleh pria dan wanita setengah baya atau tua dengan cara membentuk lingkaran besar dan bergerak.

Ma’ berarti ‘melakukan’ dan pa’ berarti pelaku, sehingga ma’badong berarti melakukan tarian dan nyanyian badong, dan pa’badong berarti penari badong.


Pengertian Badong
Badong dilakukan di setiap upacara kematian di Tana Toraja, dan dilakukan di tanah lapang atau pelataran yang cukup luas, yaitu di tengah-tengah lantang (rumah adat yang hanya dibuat untuk sekali pakai pada saat acara pesta kematian.

Pa’badong memakai baju seragam, biasanya hitam-hitam dan memakai sarung hitam atau memakai pakaian adat toraja. Jumlah penari dapat mencapai puluhan hingga ratusan orang, sehingga pria memakai seragam yang berbeda dengan para penari wanita. Terkadang para pria dan wanita juga mengenakan pakaian adat Toraja. Tetapi, karena badong juga terbuka untuk orang yang ingin ikut menari, jadi tamu upacara kematian yang ingin ikut ma’badong diperbolehkan berpakaian bebas.

Pada saat ma’badong, semua anggota tubuh pada pa’badong juga bergerak, seperti menggerakkan kepala ke depan dan ke belakang, bahu maju-mundur dan ke kiri-ke kanan, kedua lengan diayunkan serentak ke depan dan belakang, tangan saling bergandengan lalu hanya dengan jari kelingking, kaki disepakkan ke depan dan belakang secara bergantian.

Lingkaran besar yang diciptakan pada saat ma’badong dalam beberapa saat dipersempit dengan cara para pa’badong maju, lalu mundur kembali dan pemperluas lingkaran dan saling berputar dan berganti posisi, tetapi tidak bertukar pa’badong lain yang di sisi kanan atau kirinya.

Suara yang mengiringi tarian badong adalah nyanyian para pa’badong, tanpa iringan suara musik. Nyanyian yang dinyanyikan adalah lagu dalam bahasa Toraja, yang berupa syair (Kadong Badong) cerita riwayat hidup dan perjalanan kehidupan orang yang meninggal dunia, mulai dari lahir hingga meninggal. Selain syair tentang riwayat hidup, badong pada saat upacara kematian juga berisi doa, agar arwah orang yang meninggal bisa diterima di alam baka.
Pada umumnya, ma’badong berlangsung selama tiga hari tiga malam, karena pada umumya upacara kematian di Toraja berlangsung selama itu, tetapi tidak dilakukan sepanjang hari. Pada upacara kematian yang berlangsung selama lima hari dan tujuh hari, ma’badong dilangsungkan dengan waktu yang berbeda pula, sesuai dengan keinginan pa’badong dan persetujuan keluarga.

Pelaksaan upacara kematian di Tana Toraja hanya dilakukan oleh keturunan raja dan bangsawan, serta keluarga dengan status sosial yang tinggi, yaitu mereka yang memiliki banyak harta kekayaan. Hal inilah yang menyebabkan badong hanya dilakukan oleh golongan masyarakat yang kaya, walaupun dalam kenyataannya mereka sebagai penyelenggara, penari badong sendiri adalah keluarga dan masyarakat umum yang dengan sukarela ingin mendoakan orang yang meninggal pada saat itu.

Penari badong biasanya adalah masyarakat asli Tana Toraja yang sudah lama bermukim di Toraja dan sudah mengenal kuat kebudayaan Tana Toraja, hingga mereka tidak mengalami kesulitan dalam menyanyikan syair ini. Selain itu, karena upacara kematian masih sering diadakan, masyarakat Tana Toraja tidak canggung dan dapat ma’badong dengan baik dan  lancar.

Selain ma’badong, biasanya di upacara kematian Tana Toraja juga ada tari ma’gellu (tarian tradisional Tana Toraja), pengenalan keluarga yang berduka cita, pengenalan kerbau bonga (belang) dan kerbau biasa yang disembelih, mapasilaga tedong (beradu kerbau, yang nantinya akan disembelih sebagai pengantar arwah orang yang meninggal menuju surga), pengarakan peti menuju tempat yang disediakan, penaburan uang logam untuk diperebutkan oleh tamu upacara, dan pembakaran kerbau dan babi sembelihan yang nantinya akan dibagi kepada keluarga, tamu,  dan masyarakat umum, dan ritual-ritual lainnya.

Tata Cara Pelaksanaan Badong
Sebelum upacara diadakan, yaitu pada saat persiapan upacara, para anggota keluarga yang berduka cita memilih siapa saja yang akan menjadi pa’badong untuk upacara kematian, yaitu keluarga, sanak saudara, rekan, tetangga, dan orang lain.

Hingga pada saat upacara kematian berlangsung, orang-orang yang telah ditentukan sebelumnya menuju tempat yang telah ditentukan, pada saat yang sudah ditentukan pula.

Para pa’badong berdiri dan saling menunggu teman yang lain berada di posisi masing-masing, lalu pemimpin badong (pemberi aba-aba yang dipilih dari pa’badong-pa’badong) memberikan aba-aba untuk memulai tarian mereka.

Pada awal ma’badong, para pa’badong menyanyikan empat badong secara berturut-turut sesuai dengan fungsinya, yaitu badong nasihat, badong ratapan, badong berarak, dan badong selamat (berkat). Setelah itu, dilanjutkan oleh para pa’badong yang sudah menyiapkan doa dan nyanyian riwayat hidup yang sudah dipersiapkan. Jika tiba waktu yang telah ditentukan, namun syair badong, doa, dan nyanyian riwayat hidup belum selesai, para pa’badong akan berhenti secara bersamaan dan mereka kembali ke lantang (rumah papan dan kayu yang digunakan hanya untuk upacara) untuk beristirahat, hingga pada waktu yang mereka rencanakan bersama, mereka akan ma’badong lagi.

Cara ini berlangsung hingga tarian dan nyanyian pa’badong selesai dan upacara kematian juga selesai.
Tata Cara Badong
Banyak hal yang telah menjadi keharusan sebagai tata baku dalam upacara badong. Di antaranya adalah sebagai berikut :

  • Untuk membentuk lingkaran sebagai nyanyian doa, penari badong paling sedikit harus berjumlah lima orang.
  • Syair lagu badong adalah syair yang sudah terstruktur sesuai dengan keempat fungsi ditambahkan dengan riwayat hidup orang yang meninggal dunia.
  • Badong dilaksanakan di upacara pemakaman di lapangan terbuka yang dikelilingi lantang (rumah adat).
  • Badong dilaksanakan oleh pria dan wanita dewasa.
  • Badong hanya dilakukan di upacara kematian dan bersifat sakral, bukan untuk permainan sehingga tidak akan dilakukan di upacara yang lain.
  • Rangkaian gerakan badong berupa gerakan kepala, pundak, tangan, dan kaki, serta perputarannya tidak mengalami perubahan dan variasi, tetapi berupa tata cara yang masih sama dengan yang diwariskan turun-temurun.
Fungsi Badong
Fungsi Badong adalah dibagi dalam empat bagian, yaitu badong pa’ pakilala (badong nasihat), badong umbating (badong ratapan), badong ma’ palao (badong berarak), dan badong pasakke (badong selamat atau berkat).

Badong pa’ pakilala
E..! Umbamira sangtondokta ?
To mai sangbanuanta ?
Sangti’ doan tarampakta ?
Ke de’ ko anta umbanting !
Rapana ta’ rio-rio,
Tatannun rosso maa.
Tang marandenkoka iko ?
Tae’ko dallo riomu ?
Lako te datu masallo’ ?
Ambe’ perangikan mati’,
Ambe’ tanding talingakan,
Angki lolloan batingki.
Ke umpokadaki’ bating,
Untannun mario-rio ;
Da’ tabarrugai bating,
Da’ talalan peninggoi.
Umbating tengki’ siada’,
Rintin sipakilalaki’ ;
Tae’ki’ lindona senga’,
Rampo ma’kekeran bassi.
Da’ anta lambi bating ru’seng,’
Tu rintin pa’ealian ;
Anta masakke mairi’,
Madariding sola nasang.
Badong umbating
Tonna masaki ulunna,
Tiku ramman beluakna ;
Nenne’ samandu-mandunna,
Kerangan umbongi-bongi.
Samari tampak sarrona,
Te upu’ pekaindo’na ;
Ka’tu angin dipudukna,
Ronta’ tondon to batanga.
Sokan sokannamo ia,
Te dao nene’ mendeatanta ;
Sola to dolo kapuanganta,
Unnamboran tinaranna.
Namboran salarika,
Nasio’ tang tongan dika ;
Dengka tau tang nabasa,
Tang nalulun baratai ?
La ditulakraka langi’,
La dimnangairika ? ;
Sokan2 ia Nene’,
Tang ma’ga’ta’ to dolota.
Ke napapatui lenki’,
Ke nasanda simisa’ki’ ;
Sanda’2 dilempangan,
Pangkun dipentilendungan.
Tallang turanannaki’ Puang,
Awo’ bela’-belaranna ;
Aur tebas-tebasannya ;
Ke disaile sulei,
La dibandika menasan.
Inde dao to tungara,
Rintin to mennulu sau’ ;
Umpolo bintanna Sali,
Sirundu’ karasan tanga.
Malemi situru’ gaun,
Sikaloli’ rambu ruaja ;
Naempa-empa salebu’,
Sau’ tondok Pong Lalondong.
Unnola tossoan Adang,
Panta’daran Tau bunga’ ;
Dadi deatami lolo’,
Kombongmi to palullungan.
La umbengki’ tua’ sanda,
Paraja sanda’ mairi’ ;
Anta masakke mairi’,
Madarinding sola nasang.
Badong ma’palao
Tiromi tu tau tongan,
Tu to natampa puangna ;
Tae’ sanglindo susinna,
Sanginto’ rupa-rupanna.
Pada ditampa bintun tasak ;
Pada dikombang bunga’ lalan ;
Sumbang bulan naesungi,
Kurapak allo natadongkonni.
Mallulun padang naola,
Umpamampu’ padang2 ;
Buda kinallo lalanna,
Dikki’ barra’ karunna.
Malemi naturu’ gaun,
Naempa-empa salebu’ ;
Sau’ tondok Pong Lalondong.
Ilo’ bambana makkun.
La sangtondok to dolona,
Sangisungan to menggaraganna ;
Ia nasang mintu’ tau,
Mairi’ sangtolinoan.
Badong passakke
Sampa’ batingkira tondo,
Pango’tonan marioki ;
Napokinallo ilalan,
Sau’ rumombena langi’.
Sau’ tondok Pong Lalondong,
Ilo’ tondok to Mario ;
Ganna’ sampin pebalunna,
Sukku’ todeng tunuanna.
Nariamo tangkean suru’,
Nasaladan kada rapa’ ;
Anta masakke mairi’,
Madarinding sola nasang.

Badong nasihat
Hai..! Di manakah orang sekampung kita ?
Yaitu tetangga kita ?
Rumpun keluarga kita ?
Ayo! Berdirilah lalu kita menuangkan kesedihan kita
Saya terdiam dengan sangat sedih
Mari kita menguraikan kesedihan hati.
Tidakkah engaku berduka ?
Tidakkah kesedihan di hatimu?
Kepada raja yang budiman ini ?
Bapa dengarkanlah kami.
Ya bapa miringkanlah telinga.
supaya kami bisa menyampaikan syair kesedihan kami
Kalau kita hendak mengatakan kesedihan,
janganlah kita perolokkan kesedihan,
jangan kita buat seperti permainan.
Kalau kita bersedih saling memperingati :
Kita bukanlah orang lain,
Tiba untuk memakan besi (berduka)
Jangan kita sebut bersedih itu salah,
Mengungkapkan ragam pertentangan
Supaya kita selamat sekalian
Bersentosa semuanya.
Badong ratapan
Pada waktu kepalanya sakit,
Semua rambutnya merasakannya ;
Makin keras sekerasnya,
Bertambah dari malam ke malam.
Hanya sedih keluh penghabisannya,
Sehabis ratapan memanggil ibunya ;
Putuslah angin pada mulutnya (artinya mati);
Habislah jiwa pada badannya (artinya mati)
Sayang sioh sayang dia,
Yang di atas nenek leluhur kita ;
Bersama pertuanan kita,
Mengamburkan sumpitannya.
Dihamburkan salakah,
Diukur tidakkah benar;
Adakah orang yang yang tak dikena,
Yang tidak disapu ratakan ?
Akan ditantangkah langit ke atas,
Akan ditaruhkan kayu pilar?
Sayang sioh sayang ia Nenek,
Leluhur kita tidak adil.
Kalau ditunjukkan kepada kita,
Kalau dikenakan pada kita masing-masing;
Tak akan dapat dielakkan,
Tak dapat dilindungi.
Seakan kita ini pohon bambu tebangan Tuhan,
Kalau kita menoloh kembali,
Kita tidak akan membawa penyesalan.
Ini di atas orang melentang,
Yang berbaring arah ke selatan ;
Melintasi ikatan papan lantai,
Mengikuti balak tengah rumah.
Sudah pergi bersama dengan embun,
Bersama dengan asap bara api ;
Diikut-ikuti oleh awan,
Ke selatan negeri tuhannya jiwa di negeri jiwa
Mengikuti jejak Adam,
Mengikuti manusia pertama ;
Sudah menjadi berhala di sana,
Sudah menjadi pelindung.
Akan memberikan kita berkat yang cukup.
Keselamatan masing2 sekalian ;
Supaya kita selamat sekalian,
Semuanya bersentosa.
Badong berarak
Lihat orang yang sebenarnya,
Orang yang ditempa oleh ilahnya ;
Sepertinya tidak sebanding,
Yang setara dengan keadaannya.
Bersamaan ditempa dengan bintang gemerlap.
Bersamaan dibentuk dengan bunga’ lalan (nama bintang)
Bulan purnama yang didudukinya,
Sinar matahari yang ditempatinya.
Padang berlumpur dilewati olehnya,
Menganguskan rerumputan ;
Banyak perbekalan di jalannya,
Berasnya melimpah pada waktu sore.
Telah berangkat diikuti embun,
Diikuti awan-awan ;
Ke selatan negeri Pong Lalondong.
Di sana kotanya yang tetap.
Akan senegeri dengan nenek moyangnya,
Sekedudukan dengan yang menenpanya ;
Semua yang berwujud manusia,
Dengan manusia di bumi.
Badong selamat (berkat)
Begitulah uraian kesedihan kamu,
Penjelasan kesedihan kami,
Menjadi bekal perjalannya,
Keselatan ujung2nya langit.
Ke selatan negeri tuhannya jiwa.
Di sana negeri orang yang bersedih ;
Cukup dengan kain pembungkusnya,
Genap kerbau bantaiannya.
Sudahlah ditatang dengan tangkean suru,
Telah dipelihara dengan kata sepakat.
Supaya kita semua selamat,
Kita sekalian bersentosa

Sumber : Tondokku

Mengenal Tongkonan sebagai Rumah Adat Toraja



Kali ini kita akan membahas sedikit mengenai Tonkonan rumah ada Toraja. Ditinjau dari arti harfiahnya, tonkonan (bahasa Toraja) berarti duduk, makna leksikalnya yakni rumah tongkonan itu ditempati untuk mendengarkan serta tempat duduk untuk membicarakan dan menyelesaikan segala persoalan. Bertolak dari fungsi itu, rumah tradisional Toraja dapat diartikan sebagai tempat pertemuan (Ma’tongkonan).

Suku Toraja dalam kehidupannnya sangat terikat oleh sistem adat yang berlaku, sehingga hal ini berpengaruh kepada keeksisan Tongkonan. Oleh karena itu di daerah tana Toraja dikenal beberapa tongkonan-tongkonan sesuai fungsinya dalam adat masyarakat Tana Toraja:

Tongkonan layuk

Tongkonan ini adalah tongkonan pertama dan utama kerena fungsinya didalam adat sebagai sumber kajian di dalam membuat peraturan-peraturan adat.

Tongkonan pekamberan / Pekaindoran

Tongkonan ini adalah tongkonan kedua yang berfungsi sebagai pelaksana atau yang menjalankan aturan, perintah dan kekuasaan adat didalam masing-masing daerah adat yang dikuasainya.

Tongkonan Batu Ariri

Tongkonan ini adalah tongkonan ketiga, tongkonan ini tidak mempunyai kekuasaan didalam adat tetapi berperan sebagai tempat persatuan dan pembinaan keluarga dari turunan yang membangun Tongkonan tersebut pertama kali.

Ketiga tongkonan yang disebutkan di atas pada prinsipnya mempunya bnetuk yang sama, tetapi dalam hal hiasan terdapat perbedaan khusus yang dilatarbelakangi oleh peranan dan fungsi masing-masing tongkonan tersebut.

Perbedaan tersebut terletak pada pemakaian tinag tengah yang disebut Tulak somba, pemakaian hiasan kepala kerbau yang disebut kabongo dan pemakaian kepala ayam yang disebut katik. Ketiga unsur yang telah disebutkan diatas khusus diperuntukkan bagi tongkonan layuk, sedangkan pada tongkonan pekamberan / pekaindoran hanya diperbolehkan memakai hiasan kabongo dan katik. Sementara untuk tongkonan batu ariri sebenarnya ketiga unsur tersebut tidak diperbolehkan untuk digunakan.

Bentuk tongkonan berbentuk perahu layar. Tradisi lisan dalam masyarakat Toraja meyakini bahwa bentuk itu dilatarbelakangi datangnya penguasa-penguasa pertama di Toraja, dari arah selatan Tana Toraja dengan mempergunakan perahu yang dinamakan Lembang melalui sungai-sungai besar seperti sunga Sa’dang. Bentuk perahu itulah yang menilhami pembuatan rumah tongkonan, sehingga bentuknya menjulang ke depan dan kebelakang.

Mengenai tata letaknya, tongkonan itu harus selalu menghadap ke utara dan ini merupakan syarat mutlak yang dianut didalam pembangunan sebuah tongkonan. Prinsif ini dilatarbelakangi oleh falsafah orang toraja dalam memandang alam, yang didalam ajaran aluk Todolo disebut apa oto na (4 dasar falsafah), yakni; bagian utara dinamakan ulunna langi’ atau merupakan penjuru yang paling mulia; bagian timur dinamakan mataallo, penjuru yang merupakan tempat bermulanya terang (matahari); bagian barat dinamakan matampu atau tempat datangnya kegelapan.atau sebagai simbolkesusahan atau kematian; bagian selatan dinamakan pollona langi. Bagian ini dianggap sebagai bagian terendah dari penjuru bumi dam merupakan tempat melepaskan segala yang kotor.

Oleh karena itu, semua bangunan tongkonan yang ada do tana toraja menghadap ke utara, termasuk didalam bangunan rumah adat di kete kesu yang dibangun sejak 400 tahun yang lalu dan telah dihuni sekitar 30 generasi.

Bangunan tongkonan juga terdiri dari bagian-bagian yang dinamakan:
Sulluk adalah kolong rumah;
 
Inan adalah ruangan yang terletak diatas kolong rumah yang dikelilingi dinding sebagai badan rumah, inan ini sendiri terbagi kedalam: 

Tangdo yang berfungsi sebagai kamar depan sebagai tempat sesembahan kepada leluhur; Sali adalah bilik tengah yang fungsinya terbagi dua, pada bagian timur tangdo difungsikan sebagai padukkuang Api (dapur) dan tangdo bagian barat sebagai tempat inan Pa Bulan (orang meninggal)
 
Sumbung adalah ruang bagian belakang yang berfungsi sebagai kamar tidur orang yang menempati tongkonan tersebut.
 
Rattian adalah loteng rumah yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan pusaka dan benda-benda berharga lainnya.

Papa adalah adalah pelindung berupa atap yang terbuat dari bambu yang mempunya bentuk khas perahu.
 
Demikianlah sedikit artikel tentang Tongkonan Rumah Adat Toraja semoga artikel sederhana ini dapat menambah wawasan akan khazanah budaya yang terdapat dinegeri ini.


Sumber : Kompasiana

Sederet Potensi Wisata Tana Toraja



TANA Toraja merupakan salah satu kabupaten di Sulawesi Selatan yang terletas sekira 328 kilometer di utara kota Makassar. Sebagai daerah wisata, Tana Toraja berada pada ketinggian 300 hingga 2880 meter dari permukaan laut dengan suhu antara 16-28 derajat celcius. Tana Toraja menyimpan banyak potensi wisata yang layak dikembangkan.

Saat memasuki daerah Salubarani perbatasan Kabupaten Tana Toraja-Kabupaten Enrekang, wisatawan bisa melihat hamparan sawah menghijau, bukit kapur menjulang tinggi dengan latar pegunungan biru berkabut. Rumah tradisional berukiran unik dengan atap melandai ke atas bisa dijumpai hampir di semua wilayah ini. Tidak salah jika Tana Toraja menjadi pilihan untuk menghabiskan hari liburan.

Berikut ini beberapa potensi wisata dan budaya yang ada di Tana Toraja:

Kolam Makale

Makale adalah Ibu Kota dan pusat pemerintahan Kabupaten Tana Toraja. Di pusat kota Makale terdapat sebuah kolam besar yang di tengahnya terdapat Patung Lakipdada berukuran besar. Kolam  ini biasanya sebagai tempat bersantai bagi wisatawan sambil menikmati keindahan alam pegunungan yang bisa dilihat dari kolam Makale.

 
Tilangnga Tana Toraja

Tilangnga

Tilangga adalah sebuah permandian alam yang berbentuk kolam terletak di Kecamatan Makale Utara sekira 11 meter dari Kota Makale. Mata air yang bersumber dari pegungunan sekitarnya mengalir dari celah batu-batu kapur yang tidak pernah kering meski pada musim kemarau panjang.

Di kolam hidup belut-belut besar yang tidak membahayakan pengunjung yang berenang. Konon, menurut kepercayaan masyarakat sekitar, setiap pengunjung yang melihat keberadaan belut penghuni kolam itu akan membawa keberuntungan.

 

Sarambu Assing

Sarambu Assing terletak di bagian barat Kabupaten Tana Toraja di Kecamatan Bittuang atau sekira 35 kilometer dari kota Makale. Sarambu Assing merupakan kawasan objek wisata air terjun yang berasal dari pegunungan dan hutan yang masih asri. Wisatawan terlebih dahulu menelusuri jalan setepak di kawasan hutan pinus yang masih asri untuk sampai ke air terjun mirip air terjun Bantimurung yang ada di Kabupaten Maros.

Objek wisata Sarambu Assing juga potensi dikembangkan untuk wisata alam. Sejak air terjun Sarambu Assing dibuka untuk umum, objek wisata alam mulai ramai dikunjungi wisatawan mancanegara dan Nusantara terutama pada hari libur dan akhir pekan.

 
Hutan Pangopango

Pangopango

Pangopango terletak sekira tujuh kilometer arah selatan Kota Makale merupakan sebuah kawasan hutan tropis dengan kesejukan alam yang alami. Di atas ketinggian 1.100 meter dari permukaan laut wisatawan disajikan pemandangan alam luar biasa indahnya. Kita juga bisa melihat seluruh Kota Makale dan Kota Rantepao dari puncak Pangopango. Kawasan ini sangat potensial dikembangkan menjadi wisata alam dan agrowisata.

Lemo

Lemo terletak sekira sembilan kilometer dari arah utara Kota Makale. Objek wisata yang berada di Kecamatan Makale Utara itu terdapat kuburan batu pahat sebagai situs pemakaman bagi para kepala suku di Toraja saat itu. Didepan liang (kubur) terdapat patung (tau-tau) sebagai replika orang yang dimakamkan. Di sekitar objek wisata Lemo juga terdapat tempat pembuatan tau-tau dan kios yang menjual berbagai souvenir khas toraja.

 
Tongkonan / Rumah Adat Toraja

Rumah adat Toraja

Rumah adat Toraja berbeda dengan rumah adat di daerah lain. Atap rumah yang melandai ke atas menyerupai perahu. Keunikan lainnya dari rumah adat Toraja, bagian depan rumah terdapat deretan tanduk kerbau dan bagian dalam rumah terdapat tiga ruangan. Dinding rumah juga dihiasi dengan ukiran khas toraja.

 
Ritual Adar Ma'Badong

Ma’badong

Ma’badong merupakan tarian khas Toraja pada ritual adat rambu solo (kedukaan). Tarian ini dilakukan secara berkelompok. Para penari membentuk lingkaran sambil melantunkan nyanyian duka. Gerakan tangan dan kaki para penari disesuaikan dengan irama lagu.
(Joni Lembang/Koran SI/ftr)

Sumber : Okezone

Polisi Gadungan Ditangkap di Makale

Jumat, 13 Januari 2012





Marthen Ganna Sorreng (26), warga Kamali, Kelurahan Kamali Pentaluan, Kecamatan Makale, diamankan aparat Kepolisian Resort Tana Toraja, karena kerap meresahkan para pedagang pasar sentral Makale dengan mengaku sebagai anggota satuan Intelkam Polda Sulselbar.

Dari tangan pemuda yang tidak memiliki pekerjaan tetap ini, polisi menyita satu buah pisau sangkur yang memiliki gagang mirip pistol revolver. Sarung dan gagang pisau yang disita terbuat dari fiber cord. Pada sarung sangkur juga terdapat tulisan Infantri.

Menurut informasi yang dihimpun, beberapa waktu belakangan ini, pelaku sering berlagak dan mengaku sebagai anggota intel Polda kepada para pemilik warung dan pedagang di Pasar Makale. Pelaku juga sering memperlihatkan pistol, yang ternyata berisi sangkur, kepada warga di sekitar pasar.

Dari sisi body maupun penampilan, Marthen memang cukup mirip dengan anggota kepolisian. Berbadan tegap, rambut cepak, dan selalu mengenakan celana, baju, dan sepatu polisi.

Dengan penampilan yang meyakinkan ini, Marthen berhasil mengelabui beberapa pemilik warung makan dan pedagang ikan di sekitar pasar Makale. Menurut pengakuan beberapa pemilik warung, bermodalkan pengakuan serta penampilan yang mirip polisi ini, Marthen seringkali mengambil ikan dari pedagang pasar dan makan dan minum tuak di warung pasar secara gratis.

Bahkan, pelaku sempat membawa kabur sepeda motor Yamaha RX King nomor polisi DD 3636 QA milik Usman, salah satu pedagang ikan di pasar sentral Makale selama beberapa hari. Awalnya Marthen menyatakan hanya meminjam sepeda motor tersebut untuk mengantar pacarnya ke Salu Sopai, Toraja Utara. Namun setelah ditunggu beberapa hari, Marthen tidak muncul-muncul membawa pulang sepeda motor. Merasa ditipu, Usman pun mengadu ke polisi.

Selain karena adanya laporan Usman, rupanya beberapa personil kepolisian dari Polres Tana Toraja sudah mencurigai gerak-gerik pelaku. Polisi juga sudah menerima beberapa pengaduan terkait ulah pelaku di pasar Makale.

Setelah diintai beberapa lama dan ketahuan bahwa yang bersangkutan bukan anggota Polri, akhirnya polisi pun meringkus Marthen, saat hendak mengantar seorang wanita ke Salu Sopai, menggunakan sepeda motor milik Usman. Menurut keterangan anggota polisi yang menangkap pelaku, saat hendak diringkus, teman wanita Marthen masih sempat berteriak dan melarang polisi menangkap Marthen, karena menurut sang wanita, Marthen adalah anggota polisi juga.

Kepala satuan reserse dan kriminal (Kasatreskrim) Polres Tana Toraja, AKP Suprianto, yang dikonfirmasi, Selasa kemarin, membenarkan penangkapan oknum polisi gadungan yang membawa kabur sepeda motor salah satu pedagang ikan di pasar Makale. Menurutnya, ulah pelaku yang mengaku sebagai anggota polisi sudah sangat meresahkan masyarakat dan pedagang pasar sentral Makale.

“Polisi gadungan itu sudah kita tahan. Dia masih terus kita periksa untuk melengkapi berkas. Kita akan menerapkan pasal penipuan, pemerasan, dan undang-undang darurat,” jelas Kasatreskrim.

Sumber : Palopo Pos

Tedong Bonga

Rabu, 11 Januari 2012




Tana Toraja di Provinsi Sulawesi Selatan tak cuma terkenal dengan budaya dan adat istiadat. Daya tarik lain yakni adanya rumah dari kerbau termahal di dunia. Konon tedong bonga atau kerbau belang dengan beragam corak hanya bisa hidup di daerah ini.

Kerbau sulit dipisahkan dari kehidupan masyarakat Toraja. Sebab kerbau adalah hewan utama dalam upacara pemakaman. Kerbau albino belang jenis bubalus bubalis atau kerbau lumpur, banyak dijumpai di Tana Toraja. Hewan ini cantik dan harganya bisa mencapai Rp 300 juta. Harga ditentukan ragam corak dan kemulusan kulit.

Maka tak heran tedong bonga sering disebut kerbau raja. Perawatan tedong bonga berjenis saleko atau belang seluruh badan ini memang bak raja. Tiga kali seminggu kerbau bernama artis dua ini ditemani berendam selama tiga jam. Seluruh badan juga diberi shampo agar bulu-bulu tidak rontok.

Rumput yang diberikan harus segar. Sang kerbau pun cukup tunggu di kandang karena semua akan dilayani perawat kerbau. Sang perawat mendapat upah Rp 600 ribu per bulan. Tak heran jika kerbau berusia sembilan tahun itu memiliki berat 700 kilogram.

Kandang kerbau juga diasapi rumput basah. Hal ini bertujuan menjaga kerbau dari gigitan nyamuk.

Nah dalam upacara pemakaman atau rambu solo, kerbau dianggap sebagai kendaraan menuju alam baka. Simbol ini tergambar dalam upacara pemakaman nenek Theresia Tangdo Pole, asal Deri yang meninggal pada 2008 silam.

Karena kedudukan sosial yang tinggi dalam masyarakat Tana Toraja, keluarga mengeluarkan Rp 4 miliar untuk biaya upacara. Sebagian besar dihabiskan untuk membeli kerbau yang disembelih selama empat hari.


Sumber : rimanews

Dewan Tambah Tiga Kendaraan Dinas Baru

Selasa, 10 Januari 2012



MAKALE – Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Tana Toraja kembali menambah tiga kendaraan dinas (randis) operasional baru . Informasi yang diperoleh SINDO, tiga kendaraan dinas baru yang dibeli melalui Sekretariat Dewan (Sekwan), yaitu jenis Nissan Livina X-gear sekitar Rp190 juta per unit.

Tiga mobil baru itu untuk operasional pimpinan alat kelengkapan Dewan, yaitu Ketua Badan Kehormatan DPRD Tana Toraja MT Allorerung, Ketua Komisi II DPRD Tana Toraja Massudi Sambolinggi, dan Wakil Ketua Komisi II DPRD Tana Toraja Kristian HP Lambe. Hanya,satu unit mobil baru tersebut tidak sesuai untuk operasional pimpinan alat kelengkapan Dewan. Pasalnya, jabatan wakil ketua komisi tidak masuk struktur pimpinan alat kelengkapan DPRD.

Sementara Ketua Badan Legislasi YP Pillo dan Ketua Komisi I YT Paonganan yang masuk struktur pimpinan alat kelengkapan DPRD belum memperoleh fasilitas kendaraan dinas. Sementara itu,tiga unit kendaraan dinas mantan pimpinan DPRD Tana Toraja periode 2004–2009 jenis Nissan Terrano, saat ini digunakan Ketua Komisi III Yohanis Lintin Paembongan; anggota Badan Kehormatan DPRD Alexander P Ranteallo; dan Ketua Fraksi PDK DPRD Tana Toraja Takin Sima.

Sekretaris DPRDTanaToraja Damoris Sembiring kepada SINDO, membenarkan sudah membeli tiga kendaraan dinas baru untuk alat kelengkapan DPRD. Pengadaan mobil tersebut didanai melalui APBD tahun anggaran 2011. Damoris pun tidak menampik satu unit kendaraan dinas baru saat ini digunakan salah satu anggota DPRD yang tidak masuk dalam struktur alat kelengkapan DPRD.

Dia beralasan, Sekretariat DPRD belum mengatur pembagian penggunaan kendaraan dinas baru tersebut untuk para pimpinan alat kelengkapan Dewan. “Kami selesaikan dulu penyusunan APBD 2012. Kalau sudah selesai, baru kami atur pembagian kendaraan dinas untuk pimpinan alat kelengkapan Dewan,” ujarnya di Makale,kemarin. Ketua DPRD Tana Toraja Welem Sambolangi mengatakan, pengaturan pembagian kendaraan dinas bagi pimpinan alat kelengkapan Dewan merupakan wewenang Sekretariat DPRD.

Status tiga kendaraan dinas baru masih pinjam pakai “Kami percayakan kepada Sekwan mengatur pembagian penggunaan randis untuk pimpinan alat kelengkapan Dewan. Sampai sekarang belum ada serah terima kendaraan dinas dan masih berstatus pinjam pakai,” ujar legislator Partai Golkar itu.


Sumber : Sindo

Pangopango, Agrowisata Baru di Tana Toraja



TANA Toraja mengembangkan pariwisata berbasis lingkungan. Inovasi ini menjadikan kawasan Pangopango sebagai objek wisata alam dan agro wisata.

Pangopango letaknya di perbatasan Kelurahan Sapan dan Kelurahan To’sapan Kecamatan Makale Selatan atau sekira tujuh kilometer dari Kota Makale, Ibu Kota Kabupaten Tana Toraja. Pangopango juga berada di tengah-tengah perbatasan beberapa kecamatan. Di sebelah Utara berbatasan dengan Kota Makale, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Mengkendek, sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Bonggokaradeng dan sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Gandasil.

Pangopango merupakan kawasan hutan hujan tropis sangat pontensial dikembangkan sebagai objek wisata alam. Kesejukan alam yang masih alami mulai terasa saat memasuki kawasan Pangopango. Disamping kiri kanan jalan ditumbuhi berbagai jenis tanaman hutan yang masih asri. Sepanjang perjalanan, pengunjung bisa melihat panorama alam dengan latar pengunungan biru yang menjulang tinggi.

Di atas puncak Pangopango dengan ketinggian sekira 1.100 meter dari permukaan laut, pengunjung bisa melihat berbagai keindahan panorama alam. Hamparan sawah, bukit kapur hingga pengunungan biru yang menjulang tinggi diselimuti kabut terpampang di depan mata.

Jika cuaca cerah, wajah seluruh Kota Makale dan ¾ kota Rantepao Ibu Kota Toraja Utara terlihat jelas dari puncak Pangopango. Untuk mengembangkan potensi Pangopango sebagai objek wisata berbasis lingkungan, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tana Toraja terus berbenah. Saat ini, sementara dibangun akses jalan menuju kawasan wisata Pangopango.

“Pangopango memiliki panorama alam luar biasanya indahnya. Sangat disayangkan jika potensi wisata itu tidak dimanfaatkan,” ujar bupati Tana Toraja, Theofilus Allorerung.

Selain berpotensi menjadi objek wisata alam, Pangopango juga berpotensi sebagai daerah agrowisata. Di sekitar Pangopango terdapat sumber mata air yang tidak pernah kering. Sumber mata air itu dimanfaatkan masyarakat setempat untuk minum dan pertanian didukung dengan tanah yang subur. Hasil pertanian dan perkebunan masyarakat setempat hingga saat ini belum tercemar karena belum menggunakan pestisida maupun pupuk nonorganik. Pengolahan pertanian dan perkebunan pun masih bersifat tradisional.

Rencananya, Pemkab Tana Toraja akan menjadikan kawasan Pangopango sebagai agrowisata. Setiap pengunjung yang datang berwisata di Tana Toraja bisa langsung menikmati hasil pertanian dan perkebunan dengan memetik langsung dari kebun milik masyarakat. Bahkan, di kawasan sekitar Pangopango akan dijadikan sebagai daerah percontohan tanaman markisa, tamarillo, dan wortel.

“Tahun 2012, Pemkab Tana Toraja akan menggelontorkan dana sekitar Rp2 miliar untuk menyulap Pangopango sebagai kawasan agro wisata,” tutup Theofilus.


Sumber : okezone

Upacara "Rambu Solo" Daya Tarik Tana Toraja

Sabtu, 07 Januari 2012



Upacara ritual "Rambu Solo" (pesta duka) yang di selenggarakan Kabupaten Tana Toraja dan Toraja Utara dalam rangkaian pesta budaya dan pariwisata "Lovely December" 2011 berhasil menjadi daya tarik pariwisata Sulawesi Selatan khususnya Tana Toraja.

Menurut Kadis. Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sulsel Syuaib Malombassi di Makassar, Jumat, mengatakan, dua pesta Rambu Solo yang digelar di Tana Toraja merupakan rangkaian pesta budaya "Lovely December" pada 28-30 Desember 2011 telah membangkitkan kembali citra pariwisata Sulsel.

"Hal ini merupakan merupakan modal besar kita menyambut tahun kunjungan Sulsel (Visit South Sulawesi) 2012 untuk menjaring kunjungan wisatawan asing dan domestik," ujarnya.

Salah satu acara ritual yang digelar di Tana Toraja akhir tahun 2011 adalah perayaan Rambu Solo almarhumah Agnes Datu Sarunggalo, ibu kandung istri Bupati Sinjai Andi Rudiyanto Asapa yang dirayakan cukup meriah.

Keistimewaan acara ritual itu adalah ditampilkannya "Tedong Bonga" (kerbau belang) jenis langka Salego seharga Rp 360 juta. Kerbau Salego berumur 14 tahun untuk pertama kalinya ditampilkan sejak pesta ritual Rambu Solo digelar di Tana Toraja, kata Syuaib.

Satu pesta duka lainnya adalah keluarga AB Tandirerung yang tidak kalah meriahnya menandai pesta budaya akhir tahun Lovely December 2011 yang diselenggarakan pemerintah Kabupaten Tana Toraja dan Toraja Utara menghabiskan dana Rp5,5 miliar.

Bupati Toraja Utara Frederik Batti Sorring mengatakan, Lovely December 2011 menyerap kunjungan 70.000 wisatawan atau naik dua kali lipat dibanding tahun lalu sebanyak 35 ribu orang.

Meningkatnya Jumlah kunjungan wisatawan tersebut menunjukkan bahwa pariwisata Toraja telah bangkit kembali setelah sempat terpuruk beberapa tahun yang lalu.

Seluruh kamar hotel di Toraja Utara dan Tana Toraja penuh. Sebanyak 1.864 kamar hotel di dua daerah itu terisi selama pelaksanaan pesta budaya dan pariwisata akhir tahun tersebut, ujar Bupati Batti Sorring.

Rangkaian pesta budaya dan pariwisata Lovely December 2011 masih berlangsung dan berakhir pada acara tutup tahun menyambut pergantian tahun yang ditandai dengan pesta kembang api di Rantepao, Toraja Utara dan Makale, Tana Toraja.


Sumber : antara news
 

© Copyright Berita Toraja 2010 -2011 | Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates | Powered by Blogger.com.